Tampilkan postingan dengan label life. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label life. Tampilkan semua postingan

Senin, 17 Maret 2025

Nuzulul Qur'an: Antara Cahaya Ilmu dan Kemerdekaan Semu Santri Pulang Kampung

 




Malam merambat pelan, langit berselimut wahyu. Nuzulul Qur’an, malam saat cahaya turun, menerangi belantara hati manusia yang sering kali dikeruhkan oleh debu dunia. Malam itu bukan sekadar peristiwa, tapi pijakan sejarah. Sebuah ketukan keras di pintu kesadaran, bahwa manusia tak diciptakan untuk sekadar hidup, tapi untuk memahami, mencari, dan menjadi.


Nuzulul Qur'an: Antara Cahaya Ilmu dan Kemerdekaan Semu Santri Pulang Kampung

Jumat, 14 Maret 2025

Ramadhan di Pasar Waru: Antara Spiritual dan Duniawi


Ramadhan
. Bulan di mana manusia dipanggil untuk menahan lapar, tapi entah kenapa pasar justru semakin riuh. Aroma gorengan dan manisan bertaburan seperti godaan yang dijajakan oleh para pedagang setan. Pasar Waru adalah miniatur dunia: tawa, lapar, keinginan, dan, tentu saja, kebingungan.

Seperti menumpuk data tanpa filterhidup kita bisa penuh dengan angka-angka yang menumpuk tanpa makna

Mencari Sunyi di Tengah Riuh

Kadang, di tengah keramaian itu, ada ruang kecil yang luput dari pandangan: seorang bapak tua duduk di sudut, memegang setangkup kurma dengan tatapan kosong. Tak banyak kata. Tak banyak tawa. Hanya ada ia dan kurma-kurma itu, yang mungkin baginya lebih dari sekadar makanan berbuka — mungkin ia adalah doa yang menggantung di ujung harap.

Di tengah ribuan langkah yang berlalu-lalang, ada keheningan yang diam-diam berbicara. Tentang rasa cukup. Tentang syukur yang tak perlu dipamerkan.

Bukankah Ramadhan juga tentang mencari sunyi di tengah riuh?
Tentang menemukan bahwa kekayaan bukan selalu tentang apa yang kita genggam, tapi apa yang bisa kita lepaskan.

Seperti file Excel yang dibuka di layar laptop, penuh tabel dan angka. Ada saatnya kita save, ada saatnya kita close. Karena tidak semua yang tercatat perlu dibawa ke halaman berikutnya. Ada beban-beban yang harus dihapus, agar kita bisa membuka lembar baru dengan hati yang ringan.

Suasana Pasar Waru selama Ramadlan

Anak-anak berlarian di antara lampu kelap-kelip wahana permainan. Kereta mini berjalan pelan, membawa mereka melingkar-lingkar, seolah hidup memang begitu: berputar di tempat yang sama tapi merasa berpindah. Orang tua mengantar, tapi sebenarnya siapa yang mengantar siapa? Mungkin orang tua sedang mencari hiburan dari rutinitas, atau mungkin hanya sekadar ingin merasa bahwa anak mereka bahagia. Sementara itu, dari kejauhan, suara tadarus dan tarawih bergema. Ayat-ayat suci mengalir, mengetuk dinding-dinding jiwa yang mungkin sudah lama retak.


Ada benturan yang tak kasat mata. Antara spiritual dan pasar. Antara sunyi masjid dan riuhnya permainan. Seperti dalam lembaran Microsoft Excel, di mana sel-sel data diisi dengan angka-angka kehidupan. Ada yang terformat sebagai "angka-angka riang" penuh warna dan hiburan, ada pula yang berupa "formula" yang mencari makna dan kebenaran. Tapi seperti Excel, hidup juga membutuhkan keseimbangan. Salah memasukkan formula, hasilnya bisa salah kaprah. Salah menempatkan nilai, seluruh tabel makna bisa kacau. Bukankah Ramadhan seharusnya seperti proses validasi data? Menyaring mana yang benar dan mana yang hanya ilusi?


Dan ketika sore menjelang, kuliner mulai berbaris di sepanjang jalan. Bau gorengan menampar hidung yang lapar. Aneka takjil tersaji seperti parade kecil bagi nafsu yang sudah ditahan sejak pagi. Ironis, bukan? Puasa adalah menahan, tapi buka puasa adalah melampiaskan. Seperti menumpuk data tanpa filter, hidup kita bisa penuh dengan angka-angka yang menumpuk tanpa makna. Lalu di mana letak sederhana yang diajarkan Rasulullah? Atau mungkin kita memang terlalu sibuk mengisi perut, hingga lupa bahwa Ramadhan adalah perjalanan menembus lapar menuju makna.

Belajar dari Hiruk Pikuk Pasar

Pasar Waru mengajarkan tentang keseimbangan. Tapi keseimbangan bukanlah soal angka yang sama. Ia adalah tentang bagaimana setiap langkah dipilih dengan kesadaran. Apakah kita makan karena lapar atau karena takut terlihat kekurangan? Apakah tawa anak-anak di kereta mini adalah tawa kebebasan, atau sekadar pelarian dari kenyataan? Seperti dalam Excel, kadang kita harus melakukan "sort" dan "filter" dalam hidup. Memilah mana yang penting dan mana yang sekadar gangguan visual yang memperlambat proses menuju makna.


📌 Baca juga: Tutorial Membuat Arsip Online Surat

Ramadhan seharusnya menjadi ruang untuk bertanya. Bukan ruang untuk menjawab. Karena setiap suapan, setiap tawa, setiap langkah di pasar yang riuh itu, menyimpan pertanyaan-pertanyaan yang kadang kita takut untuk menjawabnya. Dan mungkin, di tengah hiruk-pikuk itu, kita akan menemukan jawaban yang paling jujur: bahwa hidup memang sesederhana menahan lapar, tapi serumit memahami mengapa kita harus menahannya.

Menyusun Formula Hidup

Pasar Waru, dengan segala riuhnya, bukan sekadar tempat berjualan. Ia adalah cermin kecil dari pergulatan batin manusia. Antara yang sakral dan profan. Antara yang sunyi dan yang riuh. Dan Ramadhan, dengan segala rahmatnya, bukan hanya soal berapa banyak yang bisa ditahan, tapi berapa banyak yang bisa dimaknai dalam setiap detiknya. Sebagaimana dalam Excel kita menggunakan fungsi IF, SORT, dan FILTER untuk menyusun data menjadi bermakna, dalam hidup pun kita perlu menyusun pilihan-pilihan dengan kesadaran penuh. Hidup membutuhkan "formula" yang tepat agar hasil akhirnya bukan sekadar angka, tapi makna yang sejati. 


"Bagaimana suasana Ramadhan di tempat Anda? Yuk, berbagi cerita di kolom komentar!"

#RamadhanBerkah #PasarRamadhan #RefleksiRamadhan #MaknaPuasa #KeseimbanganHidup #KontemplasiDiri #SpiritualitasRamadhan #KulinerRamadhan


Ramadhan di Pasar Waru: Menyusun Formula Makna

Minggu, 09 Maret 2025

Ada hal-hal yang seperti senja, diam-diam datang, lalu pergi. Ada pula yang seperti hujan, selalu kembali, meski tak selalu deras. Blog ini, setelah sepuluh tahun terlelap dalam sunyi, kini kembali menyala. Ia bukan sekadar nyala api kecil yang ragu, melainkan kobaran yang telah menyimpan cukup bara dalam tidurnya.

Sepuluh tahun adalah waktu yang cukup lama untuk sesuatu yang diam. Ia bukan sekadar jeda, melainkan tidur panjang, seperti buku yang tertinggal di rak paling tinggi—berdebu, nyaris terlupakan. Tapi, bukankah waktu selalu punya cara untuk membangunkan yang tertidur?

Blog ini bangkit. Bukan sebagai nostalgia, bukan untuk mengulang yang sudah lalu. Ia kembali seperti hujan yang pulang ke bumi, seperti daun yang tetap tumbuh meski musim silih berganti.
— Blog Ini Kembali Menyala

🌱 Sebuah Refleksi

Dulu, blog ini adalah panggung. Angka-angka menari, rumus-rumus bersenandung, dan para pengunjung—lebih dari sejuta jumlahnya—bertepuk tangan di barisan kursi maya. Excel adalah rajanya, mengatur tatanan dunia dalam kotak-kotak kecil yang serupa jendela. Betapa menakjubkan, bahwa sesuatu yang sekadar barisan angka bisa menjelma cerita, bisa melahirkan pemahaman baru.

Lalu datanglah jeda. Entah karena lelah, entah karena dunia terlalu bising dengan hal-hal lain. Blog ini seperti buku yang tergeletak di rak paling tinggi, dihinggapi debu, dilupakan. Namun, ada buku yang ketika dibuka kembali, aromanya tetap sama. Ada kata-kata yang, meski tertidur, masih tetap utuh menunggu dibaca.

Senyap bukan berarti tidak ada suara. Sepi bukan berarti kosong. Kadang, diam adalah bentuk paling jujur dari proses tumbuh.

Blog ini dulu lahir bukan karena saya jago. Bukan juga karena saya ingin disebut pakar. Ia lahir dari kegemaran mencatat, mencicil pengetahuan, dan merawat rasa ingin tahu. Saya tidak pernah merasa paling tahu, hanya tak ingin pengetahuan lewat begitu saja.

Sepuluh tahun lalu, ExcelHeru sempat aktif menyapa. Ada banyak cerita, catatan, dan tutorial Excel yang saya tulis dengan semangat sederhana: agar tak hanya saya yang terbantu, tapi juga kamu.

Namun waktu bergulir. Saya terseret arus rutinitas yang padat, kehilangan arah, dan blog ini pun tertidur. Lama. Sangat lama.

Tapi hari ini, saya membuka pintunya lagi.

Kini ia bangun. Bukan sebagai museum, bukan sebagai peringatan masa lalu, tapi sebagai ladang yang hendak ditanami benih-benih baru. Excel tetap ada, seperti akar yang tak akan tercabut. Tapi cabangnya ingin menjangkau langit yang lebih luas: kata, rasa, perjalanan, pemikiran yang melampaui batas tabel dan formula.

Sebab hidup bukan hanya angka yang tertata rapi. Kadang ia acak, kadang ia porak-poranda. Seperti cerita-cerita kehidupan para raja yang menghantam kesadaran kita tanpa peringatan, seperti sinetron yang mengintip absurditas dari celah jendela dunia yang kita kira biasa saja.

Dan kita akan berjalan bersama. Menyusuri lorong-lorong kata, menemukan hal-hal kecil yang selama ini terlewatkan. Seperti angin yang melihat hujan dengan cara yang tak pernah kita pikirkan, kita pun akan belajar menemukan makna di balik angka, di balik rutinitas, di balik hari-hari yang tampaknya biasa saja.

Karena hidup, seperti blog ini, selalu punya cara untuk kembali menyala. Kadang sebagai nyala kecil yang penuh harapan, kadang sebagai kobaran yang tak terduga. Tapi yang pasti, ia kembali. Dan siap untuk diceritakan lagi.

Blog ini mungkin berdebu, tapi saya ingin membersihkannya pelan-pelan. Ingin menghidupkan kembali ruang berbagi ini, dengan nada yang lebih dewasa, lebih terarah, namun tetap hangat dan jujur.


🌱 Sedikit Catatan dari Perjalanan

Selama masa vakum itu, saya tetap bergelut dengan Excel, data, dan pekerjaan kantor. Dan saya sadar: banyak sekali trik, formula, dan pendekatan baru yang seharusnya bisa saya dokumentasikan di sini. Sayang kalau hanya berhenti di saya.

Mulai hari ini, selain tulisan reflektif seperti ini, saya akan kembali menulis:

  • 📌 Tutorial praktis Excel, yang bisa langsung kamu terapkan di tempat kerja.
  • 📈 Tips efisiensi kerja lewat Excel dan Google Sheets.
  • 📁 Template gratis untuk laporan, absensi, budgeting, dan lainnya.
  • 🔁 Review atau update dari artikel lama agar tetap relevan dengan kebutuhan zaman sekarang.

Saya ingin menjadikan blog ini bukan hanya sebagai ruang nostalgia, tapi juga referensi bermanfaat bagi siapa pun yang ingin meningkatkan keterampilannya, khususnya di dunia kerja yang makin bergantung pada data dan efisiensi.


🤝 Kalau Kamu Juga Ingin Menulis Lagi...

Blogging bukan tren yang hilang. Ia hanya berubah bentuk. Bahkan di era media sosial dan AI seperti sekarang, konten tulisan yang rapi, otentik, dan jujur tetap dicari—baik oleh manusia maupun mesin pencari.

Kalau kamu pernah punya blog yang terbengkalai, atau sedang berpikir untuk mulai menulis, ini mungkin saat yang tepat. Tidak perlu sempurna. Cukup mulai dari satu topik kecil yang kamu kuasai.


Terima kasih karena masih mau mampir ke sini. Saya akan berusaha konsisten. Tidak setiap hari, mungkin tidak setiap minggu. Tapi semampunya, seotentik mungkin.

Salam hangat,
Haeruddin, 9 Maret 2025

Setelah Sepuluh Tahun, ExcelHeru Kembali Menyapa